Sunday, 3 November 2024

Ini Revolusi KTM RC16 Yang Bikin Brad Binder Podium 2 di MotoGP Qatar 2022

TMCBLOG.com – Enea Bastianini adalah sebuah nama yang menjanjikan kejutan dan banyak menjungkir-balikan prediksi umum. Namun selain nama Enea bastianini, nama KTM RC16 pun sebenarnya juga bermain dalam mode ‘petak umpet’ dalam kehadirannya di awal musim 2022 ini. Tidak seperti Repsol Honda pada umumnya, atau Bastianini sendiri, di test pra-musim, KTM boleh dibilang tidak banyak mencuri perhatian. Lagipula bentuknya sepanjang mata memandang yang sepertinya tidak banyak berubah di 2022 sukses mengelabui kita semua. Perjalanan Brad Binder yang harus tertatih-tatih menghadapi Q1 dulu sebelum balapan dan meraih podium dua semakin bikin aura ‘prank’ KTM terasa kental banget. “Sial ditipu KTM gue!”… Jadi apa sebenarnya perubahan KTM RC16 di 2022, atau jangan-jangan modal keberuntungan doang?

Ternyata dibalik livery Red-Bull yang super rame dan ‘fasad’ motor yang kelihatan tak banyak perubahan, ketika kita mau mengukur, menganalisa lebih teliti akan terlihat begitu banyaknya perubahan dan revolusi yang dialami oleh RC16 untuk menghadapi musim 2022 ini. Secara umum sama seperti Honda RC213V 2022 dan hampir semua mesin V4 di grid-start, KTM RC16 memiliki konsep dasar desain yang lebih fokus ke grip roda belakang karena memang ban Michelin punya kekuatan di sana.

KTM mungkin tidak se-radikal Honda yang memutar poros dari mesin V4 sehingga lebih miring ke arah belakang, namun secara umum dimensi RC16 2022 terlihat lebih panjang dibandingkan model 2021 yang lalu. Dan hal ini ditambah dengan peranti Ride-Height Adjuster yang juga sudah dikembangkan oleh KTM akan punya efek memberikan load lebih besar ke ban belakang. “Setup motornya benar-benar berbeda dan ukuran motornya juga berbeda,” begitu pengakuan Binder, seraya memperkuat sinyalemen banyak orang mengenai dimensi dari new RC16.

“Panjang dan tinggi sangat berbeda dengan apa yang kami miliki sebelumnya, jadi secara umum ini adalah paket yang berbeda dan dengan bekerja dengan aero kami telah mampu memenangkan banyak margin di ban depan.” Selanjutnya Brad Binder juga menjelaskan bahwa dengan perubahan dimensi ini Ia tidak lagi merasa berada di limit dari ban depan sepanjang waktu, sehingga Brad bisa sedikit lebih agresif dalam melakukan pendekatan dengan front end motornya.

Selain soal dimensi motor, KTM tahun 2022 semenjak test pra-musim di Mandalika yang lalu KTM juga terlihat juga bermain lebih intens dengan aerodinamika dari motor. Kita bisa lihat desain aero winglet berubah dan juga hadir side-pod pula di side fairing dari RC16.

Saking intensnya bahkan secara umum boleh dibilang semua desain dari bagian detail part motor lainnya dikembangkan dengan tujuan membuat kerja peranti aerodinamika ini bekerja lebih efisien. Hal ini diakui secara blak-blakan oleh pim-pro RC16 KTM, Sebastian Risse “Alih-alih membangun aero untuk motor, tahun ini kami membangun motor untuk aerodinamika.Wihh mirip sama karakter pengembangannya Yamaha yang membangun semua part motor untuk referensi sasis mereka. 

Taufik of BuitenZorg | @tmcblog

36 COMMENTS

    • Untungnya Honda Uda berubah referensi pengembangan motor, klo g pasti si pol makin merana ngeliat si mantan yg makin cakep

  1. Aero yg secara mengejutkan sekarang jadi part yg sangat2 penting ya,
    saya juga kaget wak kemaren, tiba2 Brad dan RC16 nya muncul didepan,, syukurlah test Mandalika ada manfaatnya juga bagi bbrp pabrikan, sebenarnya saya sempat khawatir krn bbrp kali mendengar di interview bahwa treknya kurang sempurna utk melakukan test, jadi ga banyak yg bisa dilakukan,
    skrg tugas KTM gimana menjaga performa motornya tetap konsisten di sepanjang musim, krn kalo kasusnya kyk musim lalu ya sama aja, kuat diawal tapi drop diakhir,

    • Prediksi saya salah lagi,,,, KTM dan Aprilia bisa ngasih kejutan juga musim ini. Marquez kehilangan senjata pamungkas.
      Konsistensi kunci juara, semoga ada juara baru.

    • Lah ini dia, bisa lah nyuruh satu-dua orang buat magang di RedBull Powertrains. Mbeguru langsung sama simbah Newey yg berujung ke terbitnya filosofi “membangun motor untuk aero.”

      Di kecepatan 250kmh+ sy rasa peran aero akan nyaris sama besarnya dengan efek power unit.

  2. Tahun lalu GP21 finis oleh Zarco dan Martin dengan waktu 42 menit 25 detik, tahun ini finis oleh Bastianini 42 menit 13 detik, selisih 12 detik.

    Quartararo juara tahun lalu dengan waktu 42:23, tahun ini masih 42:23, selisih 0 detik

    Binder tahun lalu 42:28, kemarin 42:13 selisih 15 detik

    A Esp tahun lalu 42:29, kemarin 42:15, lebih cepat 14 detik

    P Esp tahun lalu 42:30, kemarin 42:14, lebih cepat 16 detik

    Mir tahun lalu 42:28, diperbaiki 10 detik tahun ini jadi 42:18

    (Waktu diambil yg terbaik antar GP Qatar dan GP Doha tahun lalu)

    Sesuatu yg sudah memberikan kemenangan tak perlu dirubah, mungkin itu prinsip Yamaha. Sementara tim lain merasa harus banyak peningkatan untuk bisa menang.

      • “Wih mirip sama pengembangan karakternya Yamaha yang membangun semua part motor untuk referensi kasis mereka”

        “Sesuatu yang sudah memberikan kemenangan tak perlu dirubah, mungkin itu prinsip Yamaha.”

        Jadi uji coba meningkatkan power dengan merubah material klep agar rpm bisa lebih teriak di tahun 2020 kemarin bukan prinsip Yamaha? (Meskipun klep uji coba gagal).

        Membangun mesin mengikuti Chassis dan ketika Chassis tidak mampu untuk Engine lebih powerfull (HP) dengan peak torque tetap (puncak torsi yang tertinggi dihasilkan pada putaran rpm puncak torsi yang biasanya lebih rendah dari pada RPM puncak HP yang tertinggi) maka 20 mengeluh karena secara hasil speed engine tidak dirubah karena kasis sudah tidak mampu untuk engine lebih powerfull..

        Dan Aero winglet dll semakin juga tidak bisa dioptimalkan karena engine yang sudah tidak bisa di full powerkan (HP) karena kasis yang sudah mentok daya dukungnya..

        Wah ngelu Enginer Iwata kalau begini..

      • but they need to improve and out of their comfort zone.

        suzuki aja bisa kenapa yams ga mau?

        klo nunggu motor yg lain tech nya udah mateng dan masih kekeh seperti itu M1 kelak akan jadi motor penghuni barisan belakang.

        klo ga mau saya bilang keras kepala saya bilang M1 udah mentok.

  3. Ntr kdpn kita liat gmn..takutny yg lain jg msh sembunyikn rahasia..nextrace baru bs dbuktikan..smntara baru yamaha blm kliatan taring

  4. tapi masih Brad yg bisa mengemulsi kemampuan RC16,lainnya sunmori dibelakang selain karena duo junior masih pada pemula,mungkin pengembangan kedepan makin bradcentris dgn sedikit masukan Pedrosa

      • Performa Binder ga melulu krn aero. Taon lalu motornya seragam jg Binder lebih sering nyodok. Binder pula yg pertama bawa KTM juara seri. Lebih ke faktor ridernya itu sendiri.

  5. Adu geber top speed, ntar pde ngebul pas d tengah musim. Milih engine durability full season ato ngumbar top speed yg waow tp stok engine nipis blom musim kelar. Gitu kali pikiran orang2 Iwata.

    Emang, dilibas pas straight nyesek bnget.

    • Jadi ingat VR 46 jebol engine karena track bumpy dan engine Over speed saat ban tidak menyentuh aspal..

      Metalurgi nya koq tidak ditingkatkan? Atau karena bila menggunakan composite metal yang lebih kuat berat engine akan naik dan Chassis tidak bisa balance..

      Membangun semua parts motor untuk referensi Chassis mereka..

      Semoga Enginer Iwata segera melakukan Revolusi

    • Sedih ya, dari dulu yamss terkenal dengan mesin yg smooth dan predictable… tapi selalu dilanda masalah reliability, meleduk lah, loss power…

      Duk2 sering trouble ya wajar karena rough dan powerful

      Honda yg juga kasar dan ngumbar tenaga exit corner malah jarang meleduk

      • Metalurgi ini berpengaruh kepada berat komponen engine dan juga akan mempengaruhi Maximum power output..
        Di pasar lokal saja kan kubikasi Y Harus lebih besar untuk menandingi H untuk mendapatkan power yang mendekati

  6. Ducati gp22 bener2 musibah saya kira akan sulit utak atik elektroniknya smpe 2022 kelar
    Yamaha pressure brlebihan pd ban dpn bisa aja indikasi winglet trlalu lebar atau crankshaft lbh berat dr pd thn 2021 buat ngejar top speed intakenya paling besar tp liat aja seri berikutnya apa kluar tajinya trutama d tikungan panjang
    Suzuki top speed tinggi crankshaft lbh ringan tetep aja efek sampingnya ngesot2 kembali k asal memble saat kualifikasi
    Honda smg sukses
    Aprilia ga tau

  7. Sy rasa di tengah musim baru kelihatan peta kekuatan yg sesungguhnya karena
    Banyak pabrikan dengan mesin baru masih mencari set up yg pas

    • Gw rasa klasemen akhir akan keliatan peta kekuatan musim 2022 sesunggunya wkwkwk

      Berkaca pada 2020 dan 2021, ampe tengah musim tetep ga keliatan hasil akhirnya, yg digadang2 jurdun 2020 malah cupu di klasemen, Zarco jg digadang-gadang nantang Pabio malah loyo diganti Pecco. Jaman skrg udah ga bisa liat peta kekuatan cuma bermodal paruh musim, hasil balap selalu dinamis dan lebih ga ketebak. Wsbk masih bisa pake cara iji, tapi utk motogp apalagi yg masang taruhan, lebih sulit.

  8. “Wihh mirip sama karakter pengembangannya Yamaha yang membangun semua part motor untuk referensi sasis mereka”

    Sasis tempat dudukan engine, suspensi, tangki bahan bakar, Aero winglet, tempat duduk pembalap…

    Meningkatkan HP engine dengan menaikkan RPM engine akan berpengaruh chatter chassis bila Chassis Weight, COG , Struktur Reinforce tidak dirubah.

    Merubh Chassis Weight, COG, Struktur Reinforce akan merubah kelenturan dan kekakuan Chassis sehingga akan kehilangan cornering speed.. mungkin karena ini lah VR46 megeluhkan traksi roda belakang karena tidak bisa memasang mass damper atau merubah berat flywheel dan balance Weight of Crankshaft..
    Selamat mumet Iwata

    Wes ngawur iki

  9. si binder dr tahun lalu juga bagus si dr posisi start pasti bisa naik 1 2 posisi..cuma slaahnya startnya posisi belakng mulu…asal posisi start bisa didepan si ya jaminan podium

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here


TERBARU

KONTEN PILIHAN

MOTOGP