TMCBLOG.com – Dua pabrikan Jepang ; Honda dan Yamaha masuk ke dalam kelas D dari sistem konsesi MotoGP terbaru semenjak awal musim 2024. Yamaha telah merekrut beberapa SDM kunci dari Ducati dan memperkenalkan banyak perbaikan baru. Hasilnya? Lumayan terlihat beberapa kali baik Fabio Quartararo dan Alex Rins bisa langsung masuk Q2 walaupun untuk balapan panjang masih perlu adanya sentuhan akhir yang harus dipoles. Honda juga mencoba mengembangkan RC213V-nya secara rutin, dan tidak ragu untuk mencoba konsep-konsep baru, namun sampai dengan seri ke-7 di Italia yang lalu HRC sepertinya tetap mempertahankan pendekatan yang relatif hati-hati dalam proses pengembangan motor. Setidaknya itu yang disampaikan secara blak-blakan oleh pembalap satelitnya, Takaaki Nakagami.
Nakagami memperkirakan bahwa masih membutuhkan waktu lama bagi Honda untuk bangkit, sama lamanya dengan proses yang hadir di race weekend dimana misalnya sebuah part baru butuh menjalan konfirmasi yang banyak untuk bisa dipakai untuk balapan Grand Prix. Sepertinya HRC masih enggan melakukan perubahan dan eksperimen skala besar dalam hal kebijakan ini.
“Saya mengerti bahwa Anda dapat dengan mudah mengatakan bahwa ada gaya Jepang, yang berarti, bahkan untuk sekrup, bagian-bagiannya harus presisi. [Para insinyur] harus memahami kinerjanya, dan mereka berhati-hati. Makanya butuh waktu lama untuk mengembangkan dan mendatangkan suku cadang baru.” Begitu Nakagami menjelaskan via Motorsport Spanyol.
“Meski saat ini kami sedang menguji banyak hal, tapi kuantitasnya tidak terlalu penting. Kalau pembalap bilang ada yang bagus, paling banyak hanya ada [satu atau dua unit], jadi kami tidak bisa menggunakannya [di balapan di akhir pekan]. Butuh waktu lama untuk memutuskan, dan begitu kami memutuskan arah mana yang harus diambil, itu membutuhkan waktu.”
“Hal baiknya adalah keempat pembalap (Mir, Marini, Zarco & Nakagami) memberikan komentar dan permintaan yang hampir sama ketika kami mengalami masalah. Saya pikir bagi para insinyur sudah cukup jelas apa yang harus kami tingkatkan untuk mencapai kemajuan. Namun dalam sepekan [kami tidak memiliki] spesifikasi yang sama sekali berbeda. Ini membutuhkan waktu. Ini seperti gaya Jepang yang sangat berhati-hati. , dan kinerja datang kemudian.”
Secara umum, walau menggunakan sudut pandang berbeda, Luca Marini pun menyampaikan hal yang senada mengenai pendekatan development HRC ini. “Tapi Anda harus percaya pada orang Jepang. Metode mereka berbeda dibandingkan dengan para insinyur Italia, tapi mereka sangat presisi, sangat kuat. Mereka ingin memahami semuanya dengan sangat baik. Ini juga merupakan bagian dari pekerjaan mereka. tugas seorang pembalap untuk mencoba menjelaskan masalah dan berbagi komentar dengan cara terbaik. Saya rasa kami memiliki hubungan yang sangat baik, dan kami berkembang pesat bersama-sama,”
“Pendekatan mereka adalah mereka ingin memahami segalanya, dan mereka ingin memastikan semuanya berfungsi sebelum mereka membawanya ke trek dan mungkin meminimalisasi risiko terjadi kerusakan serta menimbulkan masalah bagi pembalap. Mereka hanya membutuhkan pembalap untuk menjelaskan semuanya dengan sangat baik dan dapat memahami situasinya, dan membagikan pendapatnya sebaik mungkin, menjelaskan bagaimana perasaannya terhadap masalah motornya.”
[Opini] Dilihat dari apa yang dikatakan oleh Nakagami dan Marini di atas, terlihat bahwa HRC sepertinya memang memiliki semacam SOP dalam hal feedback pengembangan motor dimana semua feedback tetap ditampung, namun belum dijadikan variabel utama dari grand strategy dan arah pengembangan dari motor, IMHO, CMIIW. – @tmcblog
Menyerah tanpa kata2
Safety first
dari sisi kebijakan terdengar seperti safety first, tapi dari lapangan “kebijakan” ini udah ‘mencelakakan’ rider RHT, mereka 27 dan 24 kali di motogp musim 2023 (2 ranking jatuh terbanyak punya RHT), cmiiw
marc crash 27x, mir crash 24x
minimal jatohnya bukan karna baut protol atau seher oblak 😂. dan mesin belum pernah ngebul. artinya itu mesin belum dipush abis ama pembalap, ya gimana mau di push, tiap kali bejek gas dlosor🤭
Oiya,di ARRC Motegi kemarin kelihatan ada Yokoyama bareng tim SDG
Udah keluar dr HRC pusat kah?
Belum, dia masih ngurus HRC, tapi entah sebagai pencari talent atau emang ngurusi di Superbike. Soalnya dia juga hadir di BSB Donington Park, di mana keknya HRC juga jadiin Patokan BSB sebagai acuan balapan agar bisa gacor di WSBK, meskipun gak bisa 100% juga, karena karakter sirkuit2 di Inggris itu unik2 dan beda banget kalo keluar dari Inggris.
Keburu RRRRUNGKAD …hedeeuh klo jman dulu yg elu masih di depan championship seh kagak apa..nnah ini udah telat di blkng msih aja tetep kolot…sbelah maju 8 langkah…elu yg msih blum slangkah aja ragu2nya mnta ampun….kerja skrg kudu sat set sat set coba ini salah buang coba lg yg laen..gitu terus lha duit bnyak buat apa klo ga bs menang…ga ada proudnya sm skali…ayo move on HRC bnyak yg msih pduli sm elu…dn hormatilah mendiang soichiro honda dgn dedikasi tingginya…klo kek gni terus ga pantes pake nm honda
yang membedakan sistem elektronik inhouse sama magneti marelli apa sih wak ? kok pabrikan jepang kayak susah banget nyetingnya (problemnya spin roda belakang terus) mau dibikinin aero model apapun hasilnya masih sama
padahal kalo diliat dari perusahaan penyedianya dari negara yg sama mareli kan pun ya jepang sekarang kn? kadang suka bingung sama opini liar perihal ecu europ akan memenangkan europ padahal mareli sekarang punya jepang sepertinya opini liar tersebeut sudah kurang relavan
Cmiiw
Cuuk.. magneti marelli aslinya dari Sumedang
Nama awalnya Mareuli Tahu
waduh terus rencana clbk dengan Marc terancam gak bakalan terwujud kalau begini terus…
Wow kenapa bisa begitu
egonya hrc aja si yg bikin mereka makin jauh ketinggalan dan satu lg duit banyak test rider pake yg beneran, bradl yaa kurang kali, ga lia apa ktm pemblap testnya ampe ada 4 skrg malah
iya gak jelas arahnya kalau beneran mau develop, yang ngetest nya gak diperhatiin. pembalap lagi pada sibuk mikirin prestasi sama masa depan. bradl alakadarnya dibiarin sendiri. dikasi part ini itu juga percuma
Yah…kalo gini caranya sih gak bakalan bisa kejar pabrikan lain. Ribet ama birokrasinya.
Mereka harus berfikir out of the box untuk menemukan solusi intinya inti core of the core kata pak ndul
Budaya Jepang kan emang Bakir (banyak mikir) yang contohnya mereka mikir nikah ribet, biaya ini itu mahal, punya anak ribet, biayanya mahal, BAKIRR… Akhirnya populasi kelahiran menurun drastis keturunan gak ada, TK, SD pada tutup, orang tua lansia dianggap beban sama anaknya hingga di kirim ke panti jompo
Orang Indonesia yang katanya open minded Mulai adopsi budaya’ jepang yang Bakirrrr 😁
Nganggap keren
Jepang, saat ini mengalami masa di mana salah satu negara dengan populasi usia lanjut tertinggi di dunia, faktor itulah knp Jepang jd kolot…bahkan dibandin korsel aja udah jauh kinerjanya
korsel tinggal tunggu waktu aja bro, sekarang produktifitas lagi tinggi2nya aja sih.
angka kelahiran bahkan udah lebih rendah dari jepang sekarang, alias generasi berikutnya terancam gak ada.
Dan satu lagi budaya Jepang
Gak percaya agama, tapi ikut ritual hari raya semua agama (kecuali Islam)
🥱
Kok beda ya HRC yg ngerjain Honda F1. Bisa sat set dari lemoot jadi wuzz jadi kenceng
Beda bosss,,honda disana mesin tok dan di sana ada adrian newey si profesor direktur teknis n aerodinamika redbull,,,dia yg bikin kenceng,,liat pemake honda lain ya cupu
Yg kenceng cuma verstappen.
Yang lemot cuma sergio perez
Pake mesin renault gimana
We la da la
Hitung-hitungan bisnis HRC rugi kalau jor-joran pengembangan sekarang, motor cuma akan dipakai 2 musim lagi sampai 2026, tahun 2027 sudah ganti regulasi, kemungkinan sampai 2026 ya akan seperti ini saja
japan pride. liat aja produk elektroniknya. gak jauh beda. aslinya bagus tapi gak tau arah jualan mereka kemana.
Cara kerja pabrikan yurop itu jor-joran atm (amati tiru MODIFIKASI). Hasil dan kualitas pelan-pelan menyusul kemudian.
Cara kerja pabrikan jepun (terutama hendi) jor-joran atm juga (amati tiru MIKIR). Kapan berhasilnya heheh
set dah baru ketinggalan 2 tahun gak juara dunia pabrikan nippon… 4 tahun hrc struggle seperti big problem yang di goreng berlebihan..
ducati butuh 15 tahun utk juara lagi, yamaha butuh 6 tahun setelah 2015, suzuki ? wow lama sekali…
nanti sudah di atas lagi pabrikan nippon, regulasi di ubah lagi, single ecu sudah, single ban sudah, tinggal single frame nanti by kalex, terus single apa lagi ? helm ?
nikmati saja dulu era ini, eropa lagi diatas… serukan liat perjuangan yamaha dan honda vs dorna … 2027 bmw bakal masuk, tmbh seru lagi tuh
Masalahnya bukan 4 or 15 tahun, tp ada ga pembalap yg masuk 10 besar, dulu ducati 15 tahun tp pembalapnya masuk top 10
nah ini yang penting
Asian value (dan asian pride) harus ditanggalkan, kalau ingin berkompetisi dengan pabrikan eropa yang agresif.
Yakinlah pembalasan hond@ ada pada thn 2027, 2 tahun kedepan anggap saja “pupuk bawang”
Yah namanya berproses. Kehati-hatian tsb sepertinya sdh bukan akar permasalahan. Krn klo dianggap mulai lg dari nol, Suzuki saja butuh waktu 5-6 tahun utk kompetitif & juara. KTM klo tdk salah butuh 5 tahun baru bs mulai kompetitif seperti skrng..
Aha ! saya punya ide, bagaimana kalau Marq nyambi jadi Test Rider Hoinda, nah pas balapan weekend tetap sebagai pembalap Dukacita
(ide yang brilian)
kira-kira Puik keluar statement : “Kami adalah Hondut! Kami ditakdirkan selalu papan atas. Saat ini kami sedang tidak dalam kondisi yang seharusnya!”
Selama dia #PUIGOUT belum dieksekusi, ya bakalan gak berubah