TMCBLOG.com – Dovizioso menilai Bahwa Ducati desmosedici GP19 masih memiliki masalah Karakteristik dinamika yang jika tidak diatasi akan menyulitkan dirinya meredam peningkatan Yang hadir pada kolaborasi Marc Marquez – Honda RC213V Tahun 2019 ini. Problem tersebut sebenarnya sudah terdeteksi dan mudah untuk diucapkan yakni gejala Understeer saat Motor berakselerasi keluar tikungan. ‘Understeer’ disini dapat diartikan bahwa Ducati GP19 pada dasarnya masih dalam pengendalian setir / handlebarnya sehingga Motor cenderung mengikuti inersianya saat berbelok . . atau dengan kata lain, cenderung lurus.
Namun Menurut Dovizioso yang menceritakan secara privat kepada kontributor tmcblog asal spanyol, Manuel Pecino, Gigi Dall’igna dan Ducati Corse seperti abai dan Cuek terhadap Input dan warning dari Dovi ini. Alih alih mendengarkan dan berbuat sesuatu berdasarkan permintaan Dovi, Dall’Igna dan Ducati lebih cenderung meneruskan evolusi Desmosedici Menurut Path yang sudah digariskan yakni Mesin dan Aerodinamika.
Memang sih, Secara logika, posisi Dovizioso ini sulit. Segala komplainnya mengenai Motor secara mudah dapat dijawab Oleh Dall’Igna dengan Mudah. kemenangan Danilo Petrucci di Mugello semakin memperkuat pesan Dall’igna bahwa siapapun Pembalapnya, dengan racing Style yang berbeda sekalipun seperti Andrea Iannone, Andrea Dovizioso, Jorge Lorenzo dan Danilo Petrucci paling tidak ke empatnya pernah menang di atas Ducati Desmosedici Era racikan Dall’Igna. Ini secara umum memperkuat premis Bahwa Ducati Desmosedici bukanlah Motor yang butuh style tertentu untuk dijinakan, buktinya pembalap dengan Butter-hammer style bisa menang di atasnya.
Dall’Igna ini sepertinya bukan tipe Insinyur yang suka bekerja mendevelop motor berbasiskan seperti apa Kebutuhan Rider di atas Motor yang ada. Dall’Igna jauh lebih berpegang teguh pada apa yang ia percaya, pada apa yang ia inginkan dari Motor yang riders friendly. Ia yakin Motornya adalah Motor terbaik yang cocok buat siapa saja pembalapnya ( terbukti Dovi, Jorge, Iannone, Petrux bisa menang) . Sehingga pembalaplah yang harus berusaha untuk beradaptasi pada GP19. Bahkan Pasca Lemans secara terbuka Dall’igna mengatakan bahwa Ducati harusnya bisa lebih baik dari Torehan Podium dua saat itu. Sebuah Pernyataan yang bisa diartikan ” elu Dovi, Petrux belum 100% mengeksploatasi GP19 ”
Sebenarnya Sebelum kita mendengar pengakuan Privat Dovizioso ini, Kita bisa melihat Karakter dari Ducati di bawah kepemimpinan Dall’Igna ini ketika Casey Stoner menjadi Test ridernya. Masih Ingat kenapa Casey hengkang dari Ducati ? Cuma karena satu alasan, Menurut Casey karena Ducati Tidak mendengarkan dan Tidak menggunakan segala Masukan dan Input dari dirinya saat menjadi test rider . . nahh Klop.
Jika sobat mau detail silahkan simak semua komentar komentar Dovizioso sepanjang 2019 ketika ditanya oleh wartawan mengenai impresi saat mencoba berbagai Inovasi Aerodinamika yang ditempel di Motornya. Dovi umumnya lebih menggunakan kata kata skeptik dimana jika diartikan bahwa beberapa inovasi terutama dibidang Aerodinamika tidak secara signifikan mengubah performa GP19 yang ia pakai.
Dan silahkan sobat Simak Juga, Dovi termasuk yang terakhir akhir mencoba, terlihat tidak terlalu antusias dalam mencoba berbagai Inovasi seperti Front wheel cover, Sekop, dan rear wheel cover. Namun Dovi adalah Dovi, Ia punya karakter unik yang cocok di ducati. Ia tidak peduli siapa Tandemnya, yang ada di dalam Otaknya adalah bagaimana terus bisa improove sepanjang musim walaupun terus dijejali oleh Inovasi inovasi Ducati yang kadang memang bisa bikin dirinya peningpale.
Taufik of BuitenZorg
bener bener butuh MM93
Pertanyaannya dibalik,
MM93 butuh ducati atau tidak?
Bukankah semua berjalan serasi jika saling membutuhkan?
Kamu butuh pasangan mu, lah kalau calon pasangannya ga butuh kamu?
:v
Lihat sekarang di honda?
Bahkan seorang JL99 dikasih trip khusus ke Japan untuk didengarkan suaranya.
MM93 ga usah ditanya lg, bahkan CC35 saja merasa itu terlalu MM sentris. Walaupun kenyataannya RCV sudah begitu, istilahnya motor luar biasa butuh pembalap yg luar biasa jg.
Iming iming jurdun dipabrikan berbeda? Juara pepesan kosong, toh pialanya jg sama dg pabrikan yg sama.
Ngejar apa? Uang?
Kalaupun ngejar uang, Marquez udah berada di tim yang tepat, hehe
Ducati gak mau bergantung pada ridernya, karena rider bisa datang dan pergi tp motor akan selalu seperti apa yg mereka rencanakan..
Lg juga ducati jualan motor bukan jualan talenta..
people come and go but the bikes still remain..
cakeepp!!..
Setuju dgn pendapat ini…mestinya motor yg hatus berkembang…sambil menunggu pembalp yg bertalenta
Kalo dibilangin suka ga denger.. et dah ya
Pertanyaannya dibalik,
MM93 butuh ducati atau tidak?
Bukankah semua berjalan serasi jika saling membutuhkan?
Kamu butuh pasangan mu, lah kalau calon pasangannya ga butuh kamu?
:v
Lihat sekarang di honda?
Bahkan seorang JL99 dikasih trip khusus ke Japan untuk didengarkan suaranya.
MM93 ga usah ditanya lg, bahkan CC35 saja merasa itu terlalu MM sentris. Walaupun kenyataannya RCV sudah begitu, istilahnya motor luar biasa butuh pembalap yg luar biasa jg.
Iming iming jurdun dipabrikan berbeda? Juara pepesan kosong, toh pialanya jg sama dg pabrikan yg sama.
Petromax
Aneh memang ducati,.
Jarene bikin ecu in house bikin ngabisin duit,. Lha dirinya sendiri ngabisin duit bikin macem2 tebeng. Gimana jajal??
Kan harusnya biar adil,. Silahkan ducati inovasi tebeng. Biar yang lain inovasi elektronik. Ya namanya juga bukan cuma lomba joki. Tapi juga lomba inovasi antar pabrikan.
Dak iyo a??
pie leh?? wong pati kok.
Ndak iyo a, ga ge go gugah, ajo amen turu ae
Kakeanem bang. Hahaha
PATI BUMI MINA TANI
Karepem piye leh tenguk tenguk ae ?
Make sense
menang sekali dan motornya selalu kompetitif gak ngaruh..kebanyakan orang lihatnya pembalap juara dunia dgn motornya memecahkan rekor dan champion akhir yg mana itu butuh konsisten di depan podium selama session race …
sebenarnya masih mirip2 sama preziosi, tapi D’all Igna jauh lebih berhasil mengembangkan desmo.
hahahaha berarti menurut situ Dovi itu selevel dengan MM, Stoner, Rossi dan Lorenzo pada massanya?
Ducati …Pembalap harus menyesuaikan motor …Sampai gaya style stoner menguasai motornya hingga lemes…akhirnya diangkat jd Develop Duc .
.karakter mesin panjang V / L ditambah part2 anti-whellie sulit untuk dibelokkan berbanding dgn mesin Inline yg lebih mudah …cmiww
coba masukkin AB19 di factory ducati. bautista prnah bilang GP18 yg waktu ia kndarain waktu gantiin jolor layaknya roket dan mudah dikendalikan..dan menyanjung mbah gigi atas kberhasilannya mmbangun desmo. lah.. jd bingung yg bner yg mna ini.. ?
Soalnya pas itu dia pakai nya gp16/17 jadi pas pakai 18 jelas merasa lebih baik, coba dia pakai motor factory semusim, kalau dia bisa juara seri 6-7 kali saja tapi gak bisa jurdun, pasti dia komplain juga hehe
Arep komen opo yo???
berarti rider utama yg sesungguhnya itu dall igna sendiri,bukan Dovi
sedangkan Pirro cuma suruh test,enak apa nggak gitu aja,,,nggak usah usul apa2,entar wishing list ke Audi sport malah makin panjang ??
kalo dibiarkan bisa2 tanpa disadari dall igna bs lebih besar drpd Ducati nantinya,seperti yg ditakutkan Hodna pada Shuhei Nakamoto, meskipun tak terelakkan jasa2 gigi sangat banyak untuk membangkitkan Ducati mulai dr management maupun teknis dia rombak semua
peningpale,,, hehe
berarti rider utama yg sesungguhnya itu dall igna sendiri,bukan Dovi
sedangkan Pirro cuma suruh test,enak apa nggak gitu aja,,,nggak usah usul apa2,entar wishing list ke Audi sport malah makin panjang ??
Jd gmn nih para ABH/ABM sekalian..??
Mending D*cati jadi contender kuat jurdun, all-rider friendly bisa dipake semua pembalapnya menang, tapi gak ada yg sampe jurdun…?
Atau dibangun utk 1 pembalap tertentu (Dovi), tapi sampe jurdun dan mengalahkan H*nda/Marquez?
Kalo cuma juara konstrukstor, itu prinsipnya mirip sama Toyota, saya pernah denger celotehan penggemar balap, katanya di ajang balap manapun, tujuan utamanya ngejar juara konstruktor dulu, baru kemudian pembalapnya. Kalo gitu, ya kasihan pembalapnya, sih, hehe.
Gak mau denger, atau jika permintaan dovi dikabulkan akan megurangi/menghilangkan kelebihan yg saat ini sudah dimiliki desmo?
Tapi “gak mau denger” ini udah dari dulu bikin ducati susah sendiri. Mungkin prinsip mereka dunia yg harus dirubah, bukan diri sendiri. Dari regulasi yg seolah olah pesanan ducati, dan suatu saat bisa saja mereka minta surkuit yg cocok untuk karakter ducati
Hohe ajh pesen tangki butuh setahun lebih
Sepertinya ada masukan dari pembalap yang emang gak didengarkan, kalo urusan understeer dan power yang besar, sepertinya gak bakal boleh dirubah, mungkin biar ciri khas ducatinya tetep ada. Ibarat kata kayak KTM yang tetap bersikukuh pake sasis Tubular / teralis.
Wah kasus kaya gini sering terjadi
Kalo ane mah balikin lagi ke kesepakatan awal
Siapa sih yang punya kuasa pengambilan keputusan?
Dalam kasus ini jika pengambilan keputusan pengembangan memang ditangan gigi yah semua harus menghargai keputusan gigi
Dovi, stoner, rider lain atw bahkan insinyur yg bukan rider silahkan ngasih masukan
Tp sekali lagi… siapa yg ngambil keputusan akan memilih jika ada masukan yg bersebrangan
Tidak mungkin semua dilakuin… malah jadi gak jelas arahnya
Nah jika ternyata inputnya gak dipilih ya kudu legowo
Kecuali jika klausul di kontraknya ada penyataan bahwa dia diprioritaskan tentu beda cerita
Poinnya
Silahkan kasih masukan
Tp hargai keputusan yg sudah dibuat
Jgn anggap semua masukan harus diterima
Pengambil keputusan yang baik juga tidak otoriter
Setiap masukan kudu dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan
Tp klo masukan itu dapat membuat rider nyaman kenapa enggak? Itu jg harus dipikirkan loh
Betul bro
Ane juga udah bilang pengambil keputusan jgn otoriter
Tp kalo sudah kasih masukkan
Trus sudah diambil keputusan yg berbeda
Yah dovi kudu hargai itu
Jgn nyalahin si anu atw si ono
Apalagi maksa kaya politikus
Masing2 punya porsinya
Kalo dovi gak puas ya salahin diri sendiri knp gak minta prioritas ketika nego kontrak
Setuju sama genesis, mungkin ini maksud dari Ducati, kalo masalah nyaman atau nggak bagi pembalap, mungkin juga sudah dipertimbangkan dari Insinyurnya, karena terkadang usaha untuk menutupi kekurangan ini, malah lahir kembali masalah yang sudah teratasi. Contoh aja Honda, mereka usaha buat ngejar topspeed ducati, tapi kehilangan sentuhan late braking, jadi gak bisa terlalu late braking.
nah bener juga, kalau semua masukkan direalisasikan pengembangan menjadi tidak terarah macam M1 ???, boleh lah kompromi tapi ada batasnya, jangan sampai kebablasan kaya RCV
Kebablasannya RC213V d mana?
@Aim-1n
kebablasan sampe2 motornya jadi cuma kompatibel sama 1 rider
ini cuplikan jawaban Mat Oxley dr pertanyaan saya terkait MM di Mugello kmrn:
“Marc changed his style at Mugello – his usual advantage is fast corner entry, but Mugello is dominated by esses sections where the important thing is to carry a lot of speed all through the esses. Using his usually style of charging into the first part of each esses actually cost him speed through the middle and then the exit. So he decreased his attack through the first part to increase his overall speed”
——————————
IMO, RC213V dengan karakter power dan accelerationnya saat ini jauh lebih rider friendly, karena rider g harus abusing front end lg. Saat kecepatan d track lurus kurang, maka pembalap cenderung abusing front end untuk fast corner entry. Dan berulang kali jg saya sampaikan di blog ini, dampak penambahan power dan akselerasi adalah inersia saat motor masuk tikungan bertambah, sehingga pembalap harus menyesuaikan pola riding stylenya berdasarkan motor yang baru. Dan IMO, dengan karakter mesin RC213V yang mementingkan power dan akselerasi tapi mempertahankan dimensi dan geometri motor tanpa mengorbankan kelincahan di tikungan, idealnya compatible dengan riding style rider Honda saat ini, kecuali Cal dia harus menyesuaikan riding stylenya yang memang agresif, mementingkan fast corner entry (sehingga membutuhkan front end yg bagus -RC213V seri 2018), tapi feelingnya terhadap how to work with the front minim (wajar suka crash, ato tiba-tiba g pede d tengah balapan).
It’s not about how to make the bike suit you, it’s about how to ride around the bike. Kelebihan Marc, dia lebih cepat beradaptasi dan know how to ride around the bike, bahkan saat motornya kurang optimal. Contoh lain, Nakagami di beberapa race terakhir progresnya terlihat jauh lebih mentereng ketimbang Cal Crutchlow, satu karena dia menggunakan RC213V seri 2018 yang jauh lebih baik ketimbang seri 2017, dan yang kedua dia sudah memahami bagaimana metode menaklukkan RC213Vnya. Atau kalau mau contoh dari pabrikan lain, Pol dibandingkan Zarco dalam menaklukkan RC16nya. Kualitas seperti itu yang membedakan rider dengan kualitas diatas rata-rata dengan rider lainnya
Kadang gw ketawa liat komentar si.mentega ini,hadeh enjiner tukang lawak…
waduh2 reading comprehension orang2 di sini kok rendah banget yak ??? mau ketawa takut dosa ???
IMO, Ini salah satu kelemahan Dovi yang menghambat dia menjadi World Champ’. Selalu bergantung pada variabel yang bisa dikendalikan. Jarang sekali dia benar-benar berusaha sampai limitnya dengan resiko crash, kehilangan point, dsb. Berbeda dengan Marquez, bagaimana dia benar-benar bergulat dengan RC213V di tahun 2015 s.d. 2017 yang jauh dari form terbaiknya dibandingkan RC213V di musim 2019. Bahkan Rossi pun punya fighting spirit yang jauh lebih baik dibandingkan Dovi.
That’s right… mulai dari seri cota,ad04 Cenderung main aman,ga.mau ambil resiko..
drama apalagi ini???
pengembangan yg gagal total dari seorang sakit gigi! ???
motor ditempelin benda” aneh…tp hasilnya zonk…ban depan belakang dikasih tutup kuali…dibawah swingarm dikasih sekop…buntut dikasih kotak jariyah…lama” ni motor jd ky mobil penjual perabotan rumah tangga! ???????
Tinggal kasi toa trus keliling kampung dah…?
Yes ducetek motor terjelek se grid gp soal penampilan,si gigi.mah bodo.amat penampilan motor yg penting bisa kencang.. Tetep rcv yg pertahankan buritannya yg aduhai + mesin my 2019 yg superior..
IMO, saat semua distandarisasi (terutama ECU), maka satu-satunya solusi y kembali lagi k pendekatan mekanis. Memanfaatkan aero, vortex, dsb. Kl bentuknya masih aneh, wajar. Lha wong baru pertama kali menerapkan. Lagipula estetika itu nomor sekian, yg penting fungsinya dulu. Coba lihat mobil F1 jaman jadul saat prinsip aero diterapkan. Spoiler setinggi jemuran baju. Atau saat prinsip slim untuk meminimalkan drag diterapkan di gekaran world motor championship, Motor yg dipake bentukanya udah kaya motor karnaval
Lah jelas, hohe.aja dgn gp 18 bisa podium 1 , jadi minta apa lagi? Kalu minta terus ini itu Yach ngak peda jauh dari minta motor sempurna.
Ducati juga pasti balikin, cs 27 aja bisa jurdun dan motor celeng.
Cs 27 ngak di dengar bisa saja karena Ducati jaman Dovi sudah lebih baik dari jaman cs 27
Mungkin beban motornya masih sedikit kelebihan didepan..
Stoner 27 gk niat balik gasspoll lage gt wak??
Betah amat mancing mania nya wkwk
Ketambahan sibuk ngurus anak
ya kali udah mancing berapa tahun dia? ?? bosen juga laghh
Terakhir saya.baca berita cs27 doi bilang “lebih enak nonton balapan ketimbang jadi pembalap langsung” artinya stoner udah enjoy dengan kehidupannya yg sekarang karena enggak ada lagi tekanan dari dalam trek maupun di luar trek(media sosial)
ducati tertolong regulasi, sehingga ternampak motor yg ramah lingkungan di selangkangan pembalap! yamaha tergerus regulasi dan marketing, sehingga netral gitu aja, regulasi yg bikin honda punya inovasi mesin dan sasis!!! Marc..??? erek iku di kasih motor balap CBR150 di sentul aja dengan spek sama, ga ada pembalap AHRT yg bisa sama pace timenya?! apalagi di kasih ducati? ga ada tantangan buat marc!!! tantangan buat marc ketika melihat cal,paduka,taka ada di luar 5 besar dia bisa juara dengan motor yg payah buat semua pembalap!
emosi aku kalo ngomongin dalgina!!!
Menurut saya bukannya gak didengerin wak.. Tapi menambah keunggulan di Mid Corner Speed pasti bakal mengurangi keunggulan Ducati di sektor Entri Corner alias kestabilan pengereman..
Faktor apakah itu? Ya jelas SASIS
Membuat Desmo stabil saat mengerem deras butuh sasis yg lebih kaku..
Seandainya mau dibuat lebih lentur supaya kencang melibas Long Corner, kestabilan pengereman bakal jauh berkurang.. Motor bakal geal geol saat hard braking..
Seperti halnya GSX atau M1 mau disetel supaya dapet extra-horsepower supaya bejaban di straight, dijamin mid corner speednya jadi memble akibat kesusahan saat entri corner..
ini jg saya setuju
n
masih mending era Gigi daripada era Preziosi yg lebih egois.. ducati era Preziosi dna celengnya keterlaluan ?… sampai sasis dibikin pake carbon monokok yg stiff bgt…
klo bukan stoner yg jinakin sampai ngdrift ngesot2, gak bisa menang…
people champion aja sampai nyerah, wkwkwkwk
ducati jaman now mah udah lebih enak…
Ktm bayinya motogp ,ducati bapaknya motogp tp yg laen ada yg udah jd buyutnya bahkan moyangnya motogp .hadeehh
pebalap yg paling ‘tenang’ Selama ini dia diam seakan ducati sudah memberikan segalanya nyaman dgn motornya tapi ternyata tidak
Wajar kalau disebut sembalap ala kadarnya. Tapi sesuai komen saya di artikel lain, Duc mengejar gelar juara konstruktor dulu. Juara dunia individu terlihat tak realistis dan yg dikenal malah sembalapnya drpd motornya.
Lucu Wak ,,,,peningpale wkwkwk