TMCBLOG.com – Bukannya mau ngungkit-ngungkit apa yang sudah terjadi khususnya di MotoGP Thailand 2022, menjelang 3 seri terakhir musim ini yang akan dimulai akhir pekan ini di sirkuit Philip Island, TMCBlog jadi kepo lagi sama salah satu kalimat yang sempat diucapkan lirih oleh Marco Rigamonti –Crew Chief dari Johann Zarco- kepada Team Manager Lenovo Ducati, Davide Tardozzi dengan gestur menunjuk-nunjuk dan sempat diterjemahkan oleh Motogp.com . “He could have won” atau jika diartikan secara bebas “Dia bisa saja menang”. Kata ‘dia’ dalam hal ini mengacu pada pembalap Johann Zarco yang secara mengesankan berhasil meningkatkan race racenya di balapan basah MotoGP Thailand 2022 semenjak lap ke 15 dan berhasil mendekati Marc Marquez untuk kemudian melewati Marc.
Dengan race pace yang ditemukan oleh Zarco saat keadaan trek sudah tidak terlalu banyak ‘standing water‘ di track ini ia dapat dengan signifikan memperpendek jarak dengan Marc yang awalnya lebih dari 1 detik dan akhirnya bisa melewati Marc di lap ke 20. Namun memang setelah itu race pace Zarco mendadak kembali ‘normal’ setelah berada di belakang Pecco Bagnaia. Race pace ‘normal’ dalam hal ini adalah kata yang TMCBlog pakai untuk menunjukan bahwa race pacenya sama/mirip dengan race pace dari Pecco dan menyebabkan sampai garis finish Zarco tetap bertahan di posisi 4 atau di belakang Pecco.
Nah, apa sebenarnya yang dimaksud oleh Marco Rigamonti sebagai “Dia bisa saja menang”? Apakah Marco bisa melihat secepat itu bahwa pembalap asuhannya punya potensi ‘pecah telor’ di Buriram?
Sebelum kita coba mengungkap datanya, mari kita lihat data data konduite Johann Zarco terlebih dahulu. Pembalap asal Prancis yang menjadi juara dunia Moto2 tahun 2015 dan 2016 ini walaupun sudah mencicipi 15 kali podium dan 8 kali merebut Pole Position di kelas primer MotoGP semenjak debutnya pada tahun 2017 sampai jelang MotoGP Australia 2022, namun belum pernah menjuarai 1 kalipun seri balap MotoGP.
Nah berikut ini adalah data asli laptime pembalap Top-5 MotoGP Thailand 2022 dari Oliveira sampai Marc Marquez.
Enam data yang TMCBlog coba highlite dengan warna kuning adalah race pace Zarco sebelum berada di belakang Pecco Bagnaia. Kelihatan kencang banget kan dibanding race pace ke empat pembalap lainnya? Namun itu dia, menurut Zarco dalam pengakuannya ketika ia sudah berada di belakang Pecco, ia merasa ‘hesitate’. Hadir keraguan dalam hatinya yang Zarco hubungkan dengan kesempatan championship dimana dia seakan sudah kibarkan bendera putih dalam upaya perebutan gelar juara dunia MotoGP 2022.
Sobat bisa lihat dari 1:39,271 ke 1:39,941. Itu artinya dari lap 20 ke lap 21 pace Zarco langsung drop sampai 0,67 detik yang banyak dinilai orang sebagai sesuatu yang tidak natural dan cenderung anjlok secara tiba-tiba dalam hal penurunan race pace yang biasanya berlangsung gradual.
Dari data-data di atas TMCBlog kepo untuk melihat jika pace Zarco tidak anjlok. Ini jelas sebuah teori ‘andai-andai’ dengan banyak sekali penyingkiran terhadap apapun potensi halangan yang mungkin terjadi pada Zarco setelah lap ke 20. Namun tentu TMCBlog nggak juga diambil race pace ekstrim 1:38,941 (Lap 19), kita ambil misalnya 1:39,424 (lap 16) dan iseng kita lakukan esktrapolasi dan gantikan angka lap 21 sampai dengan lap 25 Zarco dengan angka tersebut. Hasilnya . .
Yes, race time Zarco berubah menjadi 41:44,091 yang artinya ini setengah detik lebih cepat dari race time milik Miguel Oliveira yang 41,44,503 . Patut diingat data di atas adalah andai-andai yang diambil dari data Zarco sendiri di lap sebelumnya. BTW, mungkin ini yang dimaksud sama bisikan “He could have won” oleh Marco Rigamonti yang tahun depan akan menangani Enea Bastianini kepada Davide Tardozzi pasca chequered flag #ThaiGP di Buriram. Dan kalau kejadian jelas ini adalah pecah telor buat Johann Zarco, namun ya hidup ini memang penuh pilihan. – Taufik of BuitenZorg | @tmcblog
pilihan yang sangat rasional
wow, akhirnya bisa #1 setelah bertahun-tahun, nggak seperri zarco yg harus ngalah, hiahahaha……
terlepas dari sisi sportivitas.
pilihan yang bijak dari zarco, sudah akhir musim..mau menang pun tidak menaikkan karirnya. umur sudah injury time, bertahan di motogp sudah bagus dan ducati lah penyelamat karir & periuk nasinya pasca ktm
yg pake kacamata itu ekspresi nya keliatan bgt ekspresi kecewa, ga tau siapa namanya, 😅
well MotoGP udah terang2an membuka tabir yg sebelumnya cuman sekedar asumsi tanpa bukti yg kuat, skrg udah keliatan lah semua,
namun ya hidup ini memang penuh “sandiwara”
mirip Carlos Checa setelah pindah ke Ymh ga pernah juara 1, dan Colin Edwards pun di kelas premier ga pernah, dulu hampir juara tapi jatuh di tikungan akhir Assen pas jaman sama Rossi
Mungkin dulu dia dapet jatah ban dari rosi yg absen karena cedera.
Yang penting dapur tetep bisa ngebul.persetan dengan juara seri
Wak haji kenapa sekarang pembalap dari Amerika sangat jarang di MotoGP,,?
Andai Tolak Angin mau sedikit mengalah diseri Misano, mungkin Mission Winnow sudah berada dipucuk Kelasmen sementara….
Andai mission win now tolak bala nya bagus sepanjang tahun, ya kagak begini kejadian nya
Udah gak sabar, Undang- undang dan kebijakan apa lagi yang akan diterapkan sama gerombolan gotong royong ahad nanti…
andai mission no win gak cari batu giok di motegi,dia juga udah di teh pucuk
Hidup ini indah bila aku selalu ada di sisimu
makin panas aja neh pensboy Y dan H, xixixixixi
Gak disini gak disana, kalau udah urusan perut itu emang pelik. Mari kita hargai keputusan Zarco.
Kalo aku jd zarco akan melakukan hal y sama, g akan mengkencingi sumur dimana aku minum
itupun belum dihitung kalo pembalap yg didepannya melakukan manuver defensif mau gak mau kan Pace nya jg turun
jadi keputusan zarco udah tepat sih daripada kena “leave the gun,take the cannoli”
menurut Zarco sendiri dia terlalu beresiko kalau memaksa salip Bagnaia itu adalah alasan yg logis kalau jatuh berdua kaya Iannone dan Dovi dulu kan jadi rusak semuanya . karena kita hanya penonton ya sdh ikut aja 😁😁
sayangnya morbidelli yang dizona poin bukannya malah memperlambat lawan dibelakang biar fabio masuk zona poin. malah dia bantu adik sperguruan hehe
ya emang bener tulisan wak haji cuma buat sekedar iseng2 aja sih
cuma lama2 eneg juga banyak yg over-glorified ngalahnya zarco kemaren
seolah-olah emang bener2 zarco dah pasti juara seri kalo gak ada pecco di depannya
noh liat racing line cuma 1 yang ideal belum ngitung resiko buat nyalip, udah penultimate lap dll, liat gimana agresifnya zarco pas nyalip marquez
setuju sama komen dibawah kalo pembalap di depan ngelakuin manuver defensif mau gak mau race pacenya turun dalam hal ini pecco ke zarco
kalo mau nyalip pecco secara “clean” ya harus nunggu pecco ngelakuin kesalahan baru dah tuh bisa zarco lewatin pecco
belum lagi ketemu miller sama oliveira
jadi kalo kata marco rigamonti “he could have won” lebay juga kalo cuma sekedar liat race pacenye, apalagi ini seorang zarco bukan jorge martin
kalo kata mbah sattar. “zarco being zarco”
dah berapa kali kita liat zarco dari jaman di tech 3 sampe skrg ngampas mulu kalo sedang mimpin/berpeluang besar menangin balapan
Paling ingat waktu masih di Yamaha Tech 3, di Qatar dia mimpin balapan di lap-lap awal, eh malah jatuh…
Yg kehabisan bensin sampe dorong motor ke garis finish sih yg paling Epic Glory dr seorang Zarco
Main aman demi mengamankan karir
kencang banget euy
inget zarwoooo cukup sekali, ngebuang kesempatan raih podium 1 pertama cukuplah buat ungkapan terimakasih ke ducati
Klo selisih laptime segitu banyak sih sangat mudah bagi Zarco menyalip pembalap di depannya… Mau Defense kayak bagaimanapun si bagnaia dll…