TMCBLOG.com – Minggu lalu, Marc Marquez nyaris meraih podium pertama atau mungkin malah kemenangan pertamanya di balapan Grand Prix musim 2024 sejak pindah ke Gresini Ducatai. Namun, ia tak kuasa menahan masalah rem pada Ducati GP23-nya dan terjatuh saat memimpin Grand Prix MotoGP Amerika. Jika tiga pekan sebelumnya di Portimao Maverick dikhianati oleh kopling, maka di CoTA sang Sherrif dikhianati oleh kaliper Brembo rem depannya.

Secara detail, Marc Márquez mengaku terjatuh karena harus memompa tuas rem. Marc harus memompa rem akibat dari kondisi bergelombangnya trek CoTA yang mendorong bantalan/kampas remnya masuk kembali atau apa yang biasa kita kenal dengan gejala pad knock-back. Pada kejadian pad knock-back ini, crew chief bisa mengakses data telemetri motor dan mendapatkan hasil dari stroke-sensor di kaliper tidak menunjukkan hadirnya tekanan pada tuas rem . . Serem juga sih !

Pad knoc-kback terjadi karena beberapa alasan, salah satu alasan utamanya adalah jeda yang terjadi karena kampas rem kehilangan kontak dengan rotor. Saat terjadi knock-back, master silinder harus mendorong piston kaliper lebih jauh dari biasanya, yang menghasilkan tidak hanya pedal rem yang terasa kenyal (nge-bagel), tetapi juga tekanan tuas rem yang lebih jauh dari biasanya.

Tekanan kedua seringkali diperlukan untuk mulai memperlambat motor. Pad knock-back dapat diakibatkan oleh komponen yang kendur atau aus, seperti bearing hub, rotor yang sudah bergelombang, habis, atau apapun yang dapat menyebabkan rotor menjadi lebih tipis sehingga kaliper perlu mendorong kampas lebih jauh.

Sehingga, pada pemakaian berat seperti yang terjadi pada Marc Marquez di trek CoTA, ia akan sering menekan tuas rem depan sedikit terlebih dahulu untuk memancing rem agar lebih responsif sebelum melakukan pengereman berat. Bisa dibayangkan berarti sepanjang 11 lap Marc ketambahan hal yang harus ia pikirkan di kepalanya untuk memanage pengereman seperti ini.

“Sepanjang balapan saya memikirkan rem depan, karena sensasi saya berubah setiap kali pengereman. Masalah-masalah ini normal dalam proyek baru. Kami punya masalah, dan sekarang kami harus menemukan jawabannya. Dari data kami tahu ada masalah. Saya tekan rem, tidak terjadi apa-apa, saya tekan lagi dan mereka juga tidak merespons,”

Frankie Carchedi, crew chief Marc, tidak menyembunyikan kekecewaannya atas apa yang terjadi, memuji kinerjanya sambil berjanji bahwa masalah tersebut akan diperbaiki.

Tim masih dalam tahap pembelajaran dengan proyek baru ini. Kami menghadapi masalah besar, terutama masalah rem yang menghambat kami. Saya ‘patah hati’ untuk (yang terjadi pada) Marc. Membalap di depan dengan masalah sepanjang balapan sungguh luar biasa. Kami menemukan kecepatan yang kami butuhkan sejak hari Sabtu, namun masalah yang tidak menguntungkan muncul dalam balapan, yang akan kami pelajari dan selesaikan,” – @tmcblog

 

50 COMMENTS

  1. Sudah-sudah, tidak apa-apa marc. Seluruh dunia menyaksikan bahwa kamu adalah seorang pembalap dengan skill yang luar biasa.

    Jangan buru-buru pensiun, motogp belum menemukan superstar penggantimu.

      • Acosta baru semangat-semangatnya, pindah dari Moto2 ke MotoGP … wajar. Dia bisa disebut pengganti Marc kalo dalam tahun pertama ini bisa Juara Dunia … atau tahun kedua jika di tahun pertama gagal.

        Tapi kalo hanya juara seri, Acosta tidak akan banyak bedanya dengan Martin / Batmav dll … bahkan dgn Pecco pun, Acosta belum bisa dibandingkan.

        Buktikan dulu Juara Dunia MotoGP, itu pun tidak hanya 1-2x Jurdun … hehehe …

        • Free to disagree, gitu2 Acosta sudah cukup memberikan hiburan di jalannya balapan. Ga monoton2 amat. Dan buat jadi bintang, jumlah kemenangan tidak bisa jadi satu2nya patokan.
          Bahkan jika Acosta jadi anti-hero selamanya, seru doang tp menang kagak, itu juga ga apa2. Asal ttp konsisten ngasih tontonan menarik, maka dia layak disebut bintang.

          Dulu Garry McCoy juga cukup jadi magnet motogp meski bukan pembalap unggulan. Dia menawarkan sesuatu yg beda dibanding pembalap lainnya.

          Kecuali jika Martin dan Pecco (atau pembalap lainnya) bisa dogfight seperti di Sachsenring di setiap sirkuit.

        • Dan yg harus diingat, MM rookie dia di PABRIKAN yg judulnya HONDA. Banyak previlage disitu (Motor langganan juara). Acosta di SATELIT yg judulnya KTM.

  2. Kalau masa keemasannya sdh mulai redup, ada aja masalah yg menghalangi utk dia jadi juara.
    Sekarang eranya Acosta.
    Kalo vinalis dan Martin gak cepet2 jurdun keburu dilibas Acosta

    • Masalah tersebut mungkin bisa terjadi akibat gaya marquez sendiri yg terlalu memberatkan kinerja rem. Dengan tittle king of cota, dia pasti lebih percaya diri untuk push lebih maksimal dr pembalap lain. Sehingga kinerja rem yg kedodoran, terlebih adaptasi pergantian motor dr Honda yg beda Sasis, berat, dll

    • Karena yg diwawancara adalah Marc,siapa tahu pembalap Honda yg bergelimpangan sejak hari Sabtu jg mengalami hal yg sama

  3. “Pad Knock-back dapat diakibatkan oleh komponen yang kendur atau aus, seperti bearing hub, rotor yang sudah bergelombang, habis, atau apapun yang dapat menyebabkan rotor menjadi lebih tipis sehingga kaliper perlu mendorong kampas lebih jauh.”
    Berarti bisa dibilang hal ini terjadi krn kurang teliti nya mekanik yg mempersiapkan motor Marc ? Atau pihak manajemen yg memaksakan pemakaian part yg seharusnya sudah waktunya diganti ?

  4. Di balap mobil brake pad knock-back adalah hal lumrah dan aman. Pembalap sebelum sampai di braking point selalu tapping ke pedal rem supaya kampas rem balik nempel ke disc rotor.
    .
    .
    .
    .
    Tapi tidak demikian untuk balapan motor.

  5. Resiko pake motor bekas dari team satelit johan zarco. Tau sendiri kan pengembangan nya paling lambat, giliran dipake Marc ya motornya belum bisa jabanin gaya kendara dia, perlu penyesuaian sana sini. Beda sama motor Factory Acosta, martin, pecco, vinales. Udah pasti part nya update terus. Semangat Marc

  6. Fix lebih jago Enea Bastianini dengan tim Gresini yang minim part bagus bisa juara #ehh Pakta ya

    Head to head toh ?? Apa masih mau di sangkal lagi …

    Ta ta ta ta tapiii.. Marq masih adaptasi dari tim factory terhedon ke tim keluarga kecil MotoGP yang minim update dan part afkir

    Yang menang merayakan
    Yang kalah kualifikasi

    • Parameter untuk perbandingannya kok begitu…???

      Itu sama saja ada orang mengatakan Honda RCV tahun 2019 lebih bagus, karena bisa bikin MM93 sangat dominan dan juara dunia.
      Faktanya, Honda RCV 2019 saja sudah kalah dan ketinggalan jauh oleh Honda RCV 2022 dan 2023 yg dibilang netizen sebagai motor busuk.

      Berarti apa…??
      Saat ini performa dan kecepatan motor dari tahun ke tahun makin melonjak dan bahkan ada yg lonjakannya cukup jauh gap-nya.
      Motor Ducati 2023 yg bisa bawa Pecco juara dunia, saat ini sudah tertinggal dari berbagai motor pabrikan 2024.

      Kalau MM93 mengendarai motor Ducati 2023 saat berlaga dimusim 2023, tidak salah jika banyak pengamat mengatakan MM93 akan juara dunia.
      Tetapi sekarang yg dihadapi MM93 adalah motor-motor factory 2024 yg sudah beberapa langkah lebih maju performa dan kecepatannya.

    • oh si Enea yg taun lalu harus nunggu ampe race Sepang untuk kompetitif pake GP23 itu ? padahal bukan debutan
      eh itu fakta ga sih ?

    • “Fix lebih jago Enea Bastianini dengan tim Gresini yang minim part bagus bisa juara #ehh Pakta ya” >> liat nanti di akhir musim prestasi enea vs marc mana yg jago

  7. Coba Marc Pake Ducati Factory atau KTM Factory atau Aprllia factory. Apa yang dimau Marc langsung Update. Perlakuan ini beda saat di Factory Honda, Marc terhambat mekanisme management honda jika ingin update part yang marc Mau. Makanya dia kabur dari Honda. Karena Honda lambat dan ribet menagementnya. Poor Marc

  8. saya setuju dengan komen-komen diatas tentang skill marwoto. sebagai multiple champ, talenta dia nggak perlu diragukan.

    Sedangkan untuk fbm, sing sabar. sing tenang.
    Anteng-anteng dulu ya didalem goa. Anggap aja lagi mutihin kulit wkwkw.

  9. dengan kondisi rem angin-anginan macam gitu Marc masih berani dog-fight dan push limit
    cuma bisa bilang salut ama nyalinya, padahal saat ini dia cuma payrider debutan di tim satelit. Fighting spiritnya kagak kendor

      • Yang namenye pay driver/pay rider macam Alex Yoong, Narain Karthikeyan, Nikita Mazepin, Niki Lauda, Michael Schumacher, Karel Abraham dan Tito Rabat sekalipun itu yang bayar pasti pihak sponsor yang mereka bawa, bukan ngerogoh kocek uang pribadi mereka (yaa walaupun beberapa sponsor yg ngikut masih ada hubungan kekerabatan sih).

        • Iya bener, bawa sponsor Santander di Ferrari. Termasuk Rio Haryanto juga.
          BTW, kalo mau nyebutin “pembalap bayar” mah penuh ini kolom komentar. Awokowk
          Tapi kalo mau nyebutin sultan pay driver ya Lance Stroll sih, sampe bapaknya beli satu tim bukan cuma bawa sponsor doang. 😀

  10. Orang pada lupa kali waktu Andrea Dovizioso musti rogoh kocek pribadi waktu di tim Tech3 Yamaha karena kaga terbiasa rem Motor satelit yang ngeloyor, mungkin juga Dovizioso kaget setengah mati setelah sebelumnya pengguna Honda RC213V REPSOL

  11. STONER tersenyum. Lha pye, dia satu2nya rider yang tidak pernah nyiksa rem depan dan bisa dibilang jarang pakai rem depan, karena yg dipakai cuma rem belakang. SPEEDWAY style

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here