TMCBLOG.com – Kelas kejuaraan Grand Prix sepeda motor Moto3 memulai debutnya pada tahun 2012 sebagai kategori pengganti kelas 125 dua-tak. Moto3 sejak saat itu menggunakan mesin prototipe satu silinder 250 cc empat-tak, bertenaga 60 hp yang mempertahankan skema mekanis sederhana dan mudah dirawat untuk memprioritaskan durabilitas penggunaan serta juga harus masuk pada harga tidak lebih dari 16.000 Euro. Walau motor Moto3 saat ini jelas lebih cepat dan kompetitif dibandingkan musim 2012, namun setelah 1 dekade berjalan kelas ini praktis tidak mengalami kemajuan dalam hal dapur pacunya. Beberapa orang mengangap bahwa teknologi dapur pacu di kategori ini telah mencapai puncaknya.
‘Kesederhanaan’ dari mesin motor Moto3 dan level kinerja mesin yang sudah ‘mentok’ pada tingkat pengembangan membuat race pace motor-motor ini bisa dibilang sudah makin sejajar terlepas dari perbedaan brand/pabrikan yang mengembangkannya. Sehingga ini lah yang membuat bagaimana eksistensi pack berbentuk grup besar selalu hadir dalam balapan Moto3 menghadirkan pertarungan rapat hingga empat dan lima pembalap yang pada akhirnya hanya bisa membuat perbedaan dalam skill slipstreaming, pengereman maupun akselerasi mereka.
Yes, balapan dalam pace yang ‘rendah’ adalah kunci dari close racing. Bukan hanya Moto3, pada race MotoGP di Phillip Island yang bisa dibilang ‘mengebiri’ top-end power yang diejawantahkan berupa top speed dan akselerasi galak motor motor V4 bertahun-tahun selalu hadir close racing yang menyenangkan untuk dilihat penonton yang disebabkan rendahnya race pace di sana.
Namun close racing juga memiliki beberapa efek samping. Banyaknya jumlah pembalap dalam satu pack membuat mereka tidak memiliki ruang dan waktu yang cukup untuk menghindar dari kemungkinan mereka melanggar pembalap lain seperti yang terjadi pada Alex Marquez kepada Jack Miller atau pembalap pembalap yang bisa menghindar jika ada pembalap terjatuh di depannya seperti yang banyak fatal terjadi di balapan-balapan kelas kecil sebut saja mendiang Jason Dupasquier, Dean Berta Vinales, dan terakhir Victor Steeman. Balapan butuh speed yang lebih kencang, oleh sebab itu ada limit race pace dalam setiap race weekend baik MotoGP maupun WorldSBK yang makin ditingkatkan dari awalnya minimum 107% menjadi minimum 105% dari pace pembalap tercepat.
Yes, terkadang lebih kencang itu lebih aman dalam satu keadaan tertutup tertentu, mungkin terdengar paradoks, tetapi dalam dunia balap motor memang seperti itu. Jika motor Moto3 lebih sulit dikendarai atau bisa lebih kencang lagi, pembalap akan lebih mudah membuat perbedaan di trek tidak akan ada kelompok besar yang berpotensi bahaya, walaupun mungkin akan mengurangi keseruan dari close racing yang ingin dilihat oleh penonton.
Melihat hal ini, dilansir dari Speedweek.com adalah Luca Boscoscuro, manajer tim Beta Tools Speed Up yang mengatakan bahwa “Sekarang para pembalap tiba di kejuaraan dunia Moto3 pada usia 18 tahun, mereka memiliki tinggi 180 cm dan berat 70 kilogram. Mereka harus mengendarai mesin kecil bersilinder tunggal 250cc dengan 60hp ini. Kita membutuhkan motor yang lebih besar dengan mesin yang lebih bertenaga untuk kategori Moto3. Bukan hanya karena para rookie yang kini berusia 18 tahun, tetapi juga karena kesenjangan antara mesin 250cc dan mesin tiga silinder 765 cc di Moto2, yang menjadi terlalu besar.” Dan dalam kelanjutannya Boscoscuro menyebutkan bahwa platform mesin V-twin 500 cc dengan power 70 hp bisa jadi pertimbangan penggantinya.
Secara umum sudah terlihat bahwa minimal ada dua alasan yang jadi latar belakang usulan dari Luca Boscoscuro ini. Alasan safety di mana menghindari penumpukan pembalap dalam satu pack besar yang berpotensi menghadirkan Domino effect mengerikan saat terjadi crash dan yang kedua untuk memperpendek kesenjangan performa Moto3 ke Moto2. Namun secara umum regulasi teknis terutama soal seperti spesifikasi kubikasi mesin kayak gini di semua kelas Grand Prix dipastikan akan tetap minimal sampai 2026 nanti. – @tmcblog
kian ngacir euy
kenapa ga inline twin secara pabrikan Eropa dan Jepang memiliki riset yang baik di kelas 500 – 700 cc
Sebaiknya dibebaskan konfigurasi mesinnya.
Biayanya produksi pasti semakin mahal
Selama bobotnya gak kayak traktor 2 roda sih fine fine aja,soalnya yg bakal naik itu pembalap yg baru merintis karir internasionalnya, jangan sampe kayak wss300
Atau 2 silinder dijadikan Moto3, sedangkan yg 250cc tetap ada tapi jadi moto4,mungkin jadwalnya akan terlalu padat untuk 1 seri balapan
atau untuk kelas moto4 yg 250cc silinder tunggal balap di kelas fim junior gp atau kayak regional gitu kayak fia F4 yg regional dia balapnya
jadi misalnya kayak atc/rbrc/btc/ntc pakai moto4 spek 250cc terus dibawahnya lagi ada khusus tapi pakai motor kayak KTM yg di pakai Northern talent cup buat usia dibawah 15tahun gitu
Kenapa gak pakai mesin 2 silinder massal 250cc yg ditune seperti halnya moto2?
Kan lumayan, kawasaki dan yamaha bisa aja ikut main..
Tinggal dikasih kebebasan aja.. mau pakai chassis dan frame stock atau nyari vendor seperti kalex atau suter
penyebab banyaknya pembalap dalam sebuah pack karena terlalu mudahnya a.k.a motor moto3 underpower. Kalau pake basis 250cc 2 cyl masspro yaa malah semakin underpower dan berat, sebaik-baiknya tune up mesin basis masspro ga akan lebih baik dibanding sesederhana mesin balap prototype.
Bukan cuma nambah cc tapi juga minta nambah silinder, Terus nanti jadi ada alasan bikin kelas di bawahnya lagi dengan alibi ini itu
Halah mak makin panjang dan ruwet karier anak orang. cuan cuan cuan
mini gp aja kelasnya udah kebagi 2 gitu cmiiw
silinder 250cc sudah mencukupi kalau sekedar mencapai tenaga 80 hp
Setidaknya akan banyak pabrikan yg mau masuk
4 besar jepang msg2 sudah punya
Aprilia kbrny jg lg ngracik versi twin 250
Merk china rata2 jg twin buat 250nya
Anda expect merek cina bikin motor balap?
menurut saya jg gt. kesenjangan moto3 dgn moto2 terlalu jauh. trus moto3 jg berasa kekecilan buat sirkuit2 modern yg lebar2. balapan jd terlalu bergerombol. dilihatnya malah ga seru. yg di depan kyk ga bisa ngontrol balapan. asal belakang slipsteam hancur sudah defensif line yg di depan. harapannya sih minimal moto3 jd 400/500cc twin terserah mau inline/v.
250cc inline twin lebih masuk akal
mesin 500cc prototipe mah niscaya nyampe 100hp juga
Gak dicoba pake mesin ‘super’twin macam CBR500R dan sejenisnya?
KTM bungah kalo di gol kan
sejak Moto2 jadi 3 silinder saya pernah kepikiran juga kalo moto3 diganti jadi 2 silinder. namun saat itu pkiran saya adalah 2 silinder inline tapi tetap di 250cc/300cc
kalo jadinya nanti 2 silinder vtwin 500cc sepertinya akan menarik. seandainya nanti dengan adanya pengembangan prototype di mesin 2 silinder vtwin apakah nanti akan ada potensi untuk mass product nya? entah di 500cc atau emang di 250cc/300cc
coba rpm 16000 – 18000 tembus 70 hp lebih tuh moto 3 , gak kek sekarang di limit 14000 jadi powerny segitu2
klau d lepas 18rpm otomatis part2 mesin harus d upgrade yg lebih Wahid lgi ujung2ny cost produksi meningkat tpi performany gak terlalu signifikan. mending upgrade jdi 300-500 CC 2slinder terserah inline L-Twin atau V-twin
di Moto3 inovasi sudah berhenti teknologinya SDH advance, kalau mau berubah total harus dengan sesuatu yg baru,.dan untuk kategori motor prototipe itu pasti diperlukan biaya yg tidak sedikit
kalo permasalahannya karena sering gerombolan kyk tawuran, kenapa gak dibikinin dua race kyk sistem MXgp gtu
#cmiiw
pilih kubikasi di angka2 “nyeleneh” biar berasa prototypenya….
dulu kan pernah 990, 800, sekarang ada 765 buat Moto2…
Moto3 di angka 350/375 inline/V twin, kan lumayan mirip2 “setengahan” CC dari Moto2, sama kyk GP125 – 250 dulu…
menurutku sih tetep 1 silinder kayak sekarang tapi jadiin 450 cc mesin prototype
Yup. 450 bakal lebih buka kesempatan untuk banyak pabrikan. Karena bisa pakai basis MX 450.
Pakai mesin mxgp aja
Lah bukannya 500cc twin output 70, mesinnya malah lebih berat dan lembam karena bisa oprek mesin masspro
Turunin dikit jadi 400cc twin output 80 deh -ngaco 🙂