TMCBLOG.com – Akhirnnya kekuasaan Ducati tumbang di race Styrian GP dimana Oliveira berhasil mencuri kemenangan dikala Jack Miller dan Pol Espargaro sibuk baku kencang di tikungan terakhir lap terakhir sirkuit Spielberg Red Bull Ring pada hari Ahad kemarin. Secara umum podium pun dikuasai oleh KTM, hanya satu wakil Ducati disana yakni Jack Miller di mana juara race sebelumnya Andrea Dovizioso hanya bisa menerima hasil finish di posisi 5. Yang jadi pertanyaan adalah apakah performa Dovizioso lebih rendah dari pada apa yang ia kerjakan di race sepekan sebelumnya di sirkuit yang sama?

Sobat bisa lihat di grafik atas yang menunjukan race pace Dovizioso di 20 lap race 2 MotoGP Austria dan 12 Lap race MotoGP Styria 2020. Terlihat memang race pace pada sprint race Styria race 2 jauh lebih cepat. Dibandingkan dengan race 2 Austria. Namun kenapa Dovi masih belum juara? Jawaban gampangnya adalah baik Oliveira, Miller, Pol Espargaro dan Joan Mir secara umum lebih cepat dari Dovi di race ‘kedua’ Styrian GP.

Race pace Dovizioso di race 1 Styrian GP juga secara umum lebih kencang dari pada race 1 pada Austrian GP. Namun dibalik itu Dovizioso mengungkapkan bahwa performa Michelin pada race pertama Styria tidak maksimal bagi dirinya sehingga ia tak bisa ‘perform’ maksimal dalam mempertahankan status Ducati sebagai raja di Red Bull Ring. Wait, . . . Tidak maksimal namun race pace-nya jauh lebih cepat? Piye iki?

Terlepas dari kontradiksi antara harapan Dovi dan fakta data di lapangan, Michelin tentunya tidak mau begitu saja dianggap sebagai biang keladi dari gagalnya Ducati membendung KTM menjadi raja baru di Red Bull Ring. Walaupun bisa saja mereka membungkam Dovizioso menggunakan dua grafik di atas, namun Michelin via managernya Piero Taramasso mengungkap fakta lain yang bisa jadi menjadi penyebab utama ‘tidak perform-nya’ Dovi di Styria khususnya race 1 Styrian GP.

“Saya melihat data Dovizioso pagi ini dan terlihat jelas bahwa ketika dia memulai balapan pertama dengan ban belakang medium – yang dia katakan tidak berfungsi – dengan tekanan (yang) terlalu rendah.  Itu adalah kesalahan penilaian di pihak mereka. “

Lebih lanjut Taramasso menjelaskan “Tekanan saat cold (awal sebelum dipakai) sama dengan hari Minggu sebelumnya, tetapi dalam hal ini suhu aspal (di Styrian GP ) 15° C lebih tinggi dari kemarin (Austrian GP). Sehingga tekanan dan temperatur ban tidak mengembang (dengan maksimal) dan hal ini tidak akan memungkinkan kompon bekerja pada range yang tepat, sehingga (hasilnya) ban tidak memiliki grip yang seharusnya, lebih mudah aus sehingga terjadi penurunan (performa) yang lebih drastis. Namun begitu, ia berhasil (mencetak laptime) di 1:24,4, selevel dengan laptime Pol Espargarò, meskipun faktanya ban tidak bekerja dengan baik yang karena kesalahan penilaian itu”.

Brembo Ungkap Penyebab Insiden Rem Blong Maverick Vinales. Salah Setup Kaliper!

Sebelum ini Dovizioso sempat mengomentari masalah yang menimpa Maverick Vinales dengan rem blongnya “Seharusnya nggak akan ada masalah jika kamu menggunakan material yang terbaik “. Yap Dovi menunjuk kaliper rem depan terbaru Brembo dalam hal tersebut. Namun Ia dan team juga lupa bahwa Ia dan team juga seharusnya tidak mengalami masalah ban jika mereka lebih tepat dan presisi dalam mengukur perbedaan suhu aspal yang menurut Michelin menjadi kesalahan teknis ini yang buat Dovizioso tidak ‘perform’ di race MotoGP Styria 2020.

Taufik of BuitenZorg | @tmcblog

28 COMMENTS

  1. Jadi inget taro bannya memiliki tekanan sedikit terlalu besar dari yang dibolehkan bisa juara namun didiskualifikasi. Emang motogp keren, banyak propertis kecil yang efeknya besar,

  2. Tekanan ban terlalu rendah ?
    Bukan tekanan ban udah diatur wak harus sesuai ketentuan ?
    Jadi inget kasus taro di moto2, udah menang karena tekanan ban kurang beberapa psi kena diskualifikasi.

  3. lucu sekali alasannya, tekanan ban di MotoGP itu sudah ada aturannya. tim tak akan sebodoh itu melanggar aturan tekanan ban karena ada hukumannya.

    • Tekanan maksimal dan minimal udah diatur batasnya. Tapi tim dan pembalap bisa menentukan berapa tekanan ban motornya sepanjang pada rentang yang sudah ditetapkan sesuai kondisi, seperti misalnya kondisi suhu track saat sesi. Itu sebabnya Michelin menempatkan teknisi nya di masing-masing tim, agar tim bisa dengan mudah berkonsultasi dengan mereka.

      Rider juga biasanya sudah tahu rentang suhu ideal saat balapan, dan dari situ mereka melakukan manajemen ban agar jangan sampai ban overheat dan merubah kondisi tekanan idealnya. Sebenernya kondisi ini agak aneh juga kl sampai menimpa Dovi, mengingat dia termasuk rider yang jago manajemen ban

  4. Kalo menurutku sih Desmo Dovi disabotase supaya gak juara dunia..

    Lebih baik Ducati tetep zonk daripada Dovi jurdun dengan kepala tegak dan membuat malu Ducati

  5. Penasaran nanya. Itu grafik data yang garis garis lap time gitu. Apakah ada di internet? Atau uak haji ngambil datanya dari team? Tapi emang boleh ya data laptime disebar ke kalayak ramai? Serius nanya.

  6. Nah, dengan case ini (secara logis) semua orang bisa menterjemahkan masing-masing. Baik kalangan profesional mekanik MotoGP dan penyedia ban (Michelin) dan juga komentator di sini….

    Yang bahwasanya, manajemen ban itu tidak semudah menderifasikan frasa “ghoib” menjadi makna “konspirasi”

    Yang Berarti memang, masing-masing Paddock tentulah mempunyai formulasi setting yang “ready to use” bagi rider saat di lintasan.

    Begitu kok masing ada aja yang pada keukeuh “ban ghoib” / “settingan”…
    Beuuuhhhhhhh….

  7. Jadi begini kisanak, misal menurut aturan tekanan ban minimum adalah 100psi, sementara tim dovi ngasih tekanan 115psi padahal tekanan paling optimal waktu gp styria adalah 120psi nah kesalahannya tim dovi disitu kurang cermat kalkulasinya

  8. Gw malah ngerasa kalo Dovi udah kehilangan gairahnya.
    Disamping karena ketidakjelasan negosiasi dengan Ducati yg berakhir miris, ketidakhadiran rival utamanya yaitu MM di musim 2020 ini bisa jd makin membuat Dovi patah semangat.

    Rival utama yg mungkin sangat ingin doi kalahkan malah absen karena cidera

    Kalo dugaan ini benar, maka akan sedikit mirip dengan kisah rivalitas yg sama di dunia body builder, dimana sang langganan runner up pada akhirnya juga mutuskan pensiun karena rival utamanya yang selalu mengalahkannya dan baru bisa satu kali dikalahkan balik telah pensiun duluan

    • Masih mending Dovi. Nah Danilo dari maren di barisan tengah mulu ga pernah ke depan. Beruntung Danilo tahun depan pindah ke Tech3 motornya udah bagus. Semoga Danilo bisa podium biar jadi anak kesayangan opa Herve.

      Dovi duitny udah banyak, jadi kalo nganggur tahun depan ga papa. Tapi semoga masuk Aprilia biar gw bisa liat doi balapan di TV karna Dovi idola gw.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here